DASAR PENGAMBILAN SPESIMEN
1. DARAH
1. Sampel
Riskesdas
bidang Biomedis dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan populasi
penduduk di
daerah urban di Indonesia.
Sampel
Riskesdas bidang biomedis adalah seluruh anggota rumah tangga (RT) dari
RT terpilih
di blok sensus terpilih di daerah urban sesuai Susenas Kor 2007. Jumlah
sampel yang
diambil adalah 15% daerah urban di Indonesia secara sistematik random
sampling.
Besar sampel adalah 15.536 RT dari 971 BS.
Pemeriksaan
sampel Biomedis meliputi pemeriksaan kimia darah, virologi, bakteriologi,
parasitologi,
immunoserologi, dan biomolekuler. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan
< 2 jam
dan darah rutin < 12 jam setelah pengambilan spesimen darah di laboratorium
daerah di ibukota kabupaten/ kota setempat. Pemeriksaan kimia darah lainnya,
virologi, bakteriologi, parasitologi, immunoserologi, dan biomolekuler akan
dilakukan di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tahun 2008 Sampel ditetapkan
oleh tim pewawancara dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi yang dipergunakan adalah: • Tercantum dalam daftar responden
Kesehatan Masyarakat. • Usia > 1 tahun.
• Bersedia
menandatangani surat pernyataan ikutserta (informed consent) dalam
penelitian.
Terkait
dengan pengambilan spesimen darah, kriteria eksklusi yang harus diperhatikan
adalah:
a. Sakit
berat
b. Riwayat
perdarahan: hemofili, ITP
c. Penyakit
kronis yang menggunakan obat pengencer darah (asam asetil salisilat:
asetosal,
aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin.
Penetapan
sampel diatas akan diteliti kembali oleh dokter yang bertugas pada saat
pengambilan
darah.
2.
Pengumpulan responden:
Tim
pewawancara/ kesmas menentukan sampel biomedis sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi
yaitu seluruh anggota rumah tangga > 1 tahun dari RT terpilih. Petugas
lapangan/penghubung
memberitahukan responden untuk datang berkumpul mulai
pukul 08.00
di Laboratorium RS/ Labkesda/ Swasta yang ditunjuk untuk pengambilan
darah sesuai
hari/ tanggal yang ditentukan setelah berkoordinasi dengan laboratorium.
Untuk sampel
usia > 15 tahun (kecuali wanita hamil) yang akan diperiksa glukosa
darah,
diminta berpuasa mulai pukul 22.00 (puasa 10 sampai 14 jam), tidak melakukan
aktivitas fisik
yang berat, tidak diperbolehkan merokok atau sarapan tetapi boleh
minum air
putih tawar. Sampel biomedis < 15 tahun dan wanita hamil tidak perlu puasa.
Catatan: Tim pewawancara sebelum bertugas di blok sensus (BS) terpilih, perlu
berkunjung ke puskesmas setempat untuk memperkenalkan diri dan bertemu dengan
petugas lapangan/penghubung.. 3. Organisasi, Tugas dan Persiapan Lapangan a.
Organisasi. 1). Tim Pengambil dan Pengelola spesimen, minimal terdiri dari : –
1 dokter: Penanggung jawab, klinisi, penentu akhir kriteria inklusi dan
eksklusi – 1analis/perawat: Pengambil darah terlatih. Pengalaman kerja minimal
1 tahun. – 1 analis: Pengalaman kerja di laboratorium minimal 1tahun. 2).
Tenaga lapangan/penghubung: Minimal 1 orang petugas puskesmas setempat, diutamakan
yang mempunyai daerah binaan di lokasi sampel . Informasi untuk menentukan Tim
biomedis diserahkan kepada Laboratorium RS/ Labkesda/ Swasta yang ditunjuk atau
berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan setempat. Petugas lapangan/ puskesmas
ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan / Penanggung Jawab Operasional
Kabupaten/ Kota setelah mendapat informasi dari Kepala Puskesmas setempat. 3).
Mitra Laboratorium Balitbangkes melakukan pengelolaan spesimen biomedis dengan
cara swakelola. Pada pengambilan, pemrosesan, pemeriksaan spesimen darah (darah
rutin dan glukosa darah), pengemasan dan pengiriman, Balitbangkes akan
melakukan kerja sama dengan beberapa laboratorium sbb: a) Laboratorium RS
daerah b) Labkesda. c) Laboratorium Swasta/ Patelki. Syarat bagi mitra laboratorium
adalah: a) Mempunyai alat pemeriksaan hematologi otomatis. b) Mempunyai alat
pemeriksaan kimia klinik otomatis. c) Mempunyai refrigerator (lemari es 2–8 0C)
untuk menyimpan spesimen sementara d) Mengirimkan spesimen darah ke
Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi (Puslitbang
BMF) Balitbangkes sesuai kaidah pengiriman yang benar Lebih diutamakan bila: a)
Hasil external quality control pada pemeriksaan hematologi dan kimia klinik
dari Puslabkes atau dari PDS Patklin pada 2 siklus terakhir minimal sedang
(bukti di fotocopi). b.) Melakukan internal quality control setiap hari. Jika
syarat alat tak terpenuhi/ kurang lengkap, tetapi mempunyai kulkas dan
sentrifus, maka darah tetap dapat diproses dan dikirim ke Laboratorium Puslitbang
BMF Balitbangkes. Untuk laboratorium yang mempunyai alat hematologi otomatis
dan atau kimia klinik otomatis harus melakukan Quality Control internal untuk
ke dua / satu alat tersebut setiap akan dilakukan pengujian b. Tugas 1). Tim
pewawancara a) Mengidentifikasi sampel/ responden di lapangan sesuai kriteria
(lihat kriteria) b) Meminta persetujuan dan tanda tangan responden dan
memberikan informed consent (3 rangkap, telah ditempel nomor stiker yang sama
dengan nomor stiker darah pada kuesioner individu) kepada responden (1 lembar),
petugas laboratorium (1 lembar, dititipkan pada petugas lapangan/ puskesmas
yang mengumpulkan responden) dan pertinggal dipegang tim pewawancara (1 lembar,
dikirim bersama kuesioner ke koordinator wilayah masing-masing). c) Mengisi
form penghubung untuk pemeriksaan darah yang telah ditempel nomor stiker yang
sama dengan nomor stiker darah pada kuesioner RKD07. IND (3 rangkap): untuk
responden (1 lembar), petugas lapangan setempat yang memobilisasi responden (1
lembar) dan pertinggal untuk tim pewawancara (1 lembar). 2) Petugas lapangan/
penghubung a) Mendapatkan/ meminta fotocopy DSRT dan daftar ART kecamatan
terpilih dari penanggung jawab teknis/ operasional kabupaten. b) Mengambil form
penghubung yang sudah ditempeli stiker dan informed concent yang sudah
ditandatangani dari tim pewawancara c) Menentukan jadwal puasa dan pengambilan
darah responden. d) Memotivasi responden untuk datang ke tempat pengambilan
darah, dan meminta responden yang akan diperiksa glukosa darah (usia > 15
tahun,
kecuali
wanita hamil) untuk berpuasa mulai pk 22.00 (10 sampai 14 jam
sebelum
pembebanan). Selama berpuasa tidak diperbolehkan melakukan
aktivitas
berat, merokok, sarapan, tetapi boleh minum air putih tawar
e)
Memberitahu responden untuk berkumpul mulai jam 08.00 pada tanggal
dan tempat
yg telah ditentukan untuk diambil darah.
�� Mengkoordinir transportasi
responden ke laboratorium.
�� Uang transport responden sebesar
Rp. 35.000,-/orang. Rp.5000
diberikan
oleh petugas lapangan sebelum responden berangkat ke
laboratorium.
dan Rp. 30.000,- diberikan oleh petugas laboratorium
setelah
responden diambil darahnya. Uang Rp. 5.000,- dan Rp 30.000
didapat/
diminta oleh petugas lapangan dan laboratorium dari
Penanggung
Jawab Operasional (PJO) Kabupaten/ Kota.
f) Mendata
ulang seluruh responden yang diambil darahnya
g) Memanggil
kembali responden yang berhalangan datang.
h) Maksimal
pengumpulan responden sejumlah 40 orang/ hari.
Catatan:
Untuk BS yang jauh dari laboratorium yang ditunjuk, pengambilan darah
dilakukan di
Puskesmas setempat oleh tim laboratorium. Pengumpulan responden
dikoordinir
oleh petugas penghubung. Sebagai penghargaan terhadap responden
dilakukan
pemeriksaan glukosa darah (untuk BS yang lama transportasi dari
puskesmas ke
laboratorium > 2 jam) dan hemoglobin (untuk BS yang lama transportasi
dari
puskesmas ke laboratorium > 12 jam) secara manual atau pemeriksaan cepat
lain,
yang
hasilnya langsung diberikan kepada responden.
3). Petugas
Laboratorium:
a) Menerima
form penghubung dan informed consent responden
b) Memeriksa
identitas responden sesuai form penghubung yang diberikan
oleh tim
pewawancara
c)
Memastikan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi (dokter).
d) Menyalin
daftar nama responden dan melengkapi isian lainnya (riwayat DM
dsb) dalam
form hasil pemeriksaan glukosa dan darah rutin
e)
Menyiapkan alat dan bahan pengambilan darah, penyimpanan dan
pengiriman
spesimen darah.
f)
Menempelkan stiker nomor pada bahan-bahan spesimen responden(slide,
filter FTA,
tabung darah) dan menempelkan stiker L untuk laki-laki dan P
untuk
perempuan. Stiker nomor harus sama dengan stiker pada form
penghubung
g) Persiapan
larutan 75 gram glukosa (lihat prosedur persiapan pengambilan
darah untuk
mendiagnosis DM).
h) Memberi
pembebanan kepada responden yang terpilih untuk pemeriksaan
glukosa
darah. Bagi yang sudah diketahui menderita DM diberi suplemen
makanan 300
kalori.
i)
Menempelkan ”stiker waktu” (tulis jam pengambilan darah) pada responden
yang telah
diberi pembebanan/ suplemen makanan.
j) Mengambil
darah secara lege artis
k)
Memberikan makanan dan uang transport sisa Rp. 30.000 kepada
responden
yang telah diambil darahnya.
l) Memproses
spesimen darah dengan membagi:
Untuk dewasa
(15 ml):
i. 1 tabung
EDTA: darah 0,5 ml untuk pemeriksaan darah rutin < 12 jam ii. 1 tabung EDTA:
darah 1,5 ml; untuk marker iii. Pembuatan 2 slide darah tipis dan darah tebal
(duplo). iv. Pembuatan spesimen filter FTA (duplo) + 0,5 ml v. Darah sisa dalam
tabung vacutainer non EDTA 10 ml, didiamkan selama 30 menit, sebelum 1 jam
segera disentrifugasi selama 10–15 menit dengan kecepatan 2500-3000 rpm untuk
memisahkan serum. Segera serum diambil sebanyak 300–500 ul (dimasukkan dalam
cryovial) untuk diperiksa glukosa darah dengan alat kimia klinik otomatis <
2 jam dan sisanya dibagi ke dalam 3 tabung kecil (cryovial). vi. Sisa darah
(clot) dari pengambilan serum disimpan ke dalam 1 tabung kecil (cryovial). vii.
Melengkapi data dan mengisi hasil pemeriksaan darah rutin dan glukosa darah
pada “form hasil pemeriksaan laboratorium glukosa dan darah rutin” (4 rangkap)
untuk diberi ke responden 1 lembar, dikirim ke Puslitbang BMF Balitbangkes
Jakarta bersama spesimen 1 lembar, dikirim ke penanggung jawab operasional
provinsi 1 lembar dan pertinggal di laboratorium 1 lembar viii. Melakukan
pencatatan identitas dan hasil pemeriksaan setiap spesimen yang diambil/
dikerjakan dalam log book Catatan: Bagi laboratorium yang tidak mempunyai alat
otomatis maka glukosa darah dan atau hemoglobin dapat diperiksa secara semi
otomatis atau manual dan hasilnya diberikan kepada responden, PJO
kabupaten/kota, Laboratorium Puslitbang BMF, dan arsip untuk laboratorium.
Untuk wanita hamil, anak , balita (5 ml): i. 1 tabung EDTA: darah 0,5 ml untuk
pemeriksaan darah rutin < 12 jam ii. 1 tabung EDTA darah 0,5 ml untuk marker
iii. Pembuatan 2 slide darah tipis dan darah tebal (duplo) iv. Pembuatan
spesimen filter FTA (duplo) v. Darah sisa dalam tabung vacutainer non EDTA 5
ml, didiamkan selama 30 menit, sebelum 1 jam segera disentrifugasi selama 10–15
menit dengan kecepatan 2500-3000 rpm untuk memisahkan serum, kemudian dibagi ke
dalam 2 tabung kecil (cryovial). vi. Sisa darah (clot) dari pengambilan serum
disimpan ke dalam 1 tabung kecil (cryovial). Setelah pemrosesan darah selesai
maka: i. Sediaan apus dan darah tebal diletakkan pada suhu kamar sampai kering
ii. Melakukan pewarnaan slide darah malaria dengan giemsa iii. Pemeriksaan
glukosa darah dari serum dengan alat kimia klinik otomatis < 2 jam dan
pemeriksaan hematologi rutin < 12 jam di laboratorium. iv. Darah EDTA dalam
tabung disimpan dalam lemari es pada suhu dingin (2–8oC), jangan disimpan dalam
freezer. v. Darah serum dalam cryovial disimpan dalam referigerator suhu dingin
(2–80C). Penyimpanan ini hanya tahan 2–4 hari dalam lemari es tersebut. vi.
Clot disimpan dalam lemari es suhu dingin (2–80C). Penyimpanan ini hanya tahan
2 hari dalam lemari es tersebut vii. Melakukan pemeriksaan stiker nomor
(lengkap dengan tempelan L/ P pada tabung, slide, filter FTA), pengemasan dan
pengiriman spesimen ke Puslitbang BMF Balitbangkes bersama hasil pemeriksaan
glukosa dan darah rutin. Pengiriman spesimen darah merupakan tanggung jawab RS/
Labkesda/ Laboratorium Swasta yang ditunjuk, dikirim ke: Kepala Puslitbang
Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes, Dr. Endang R. Sedyaningsih MPH, DrPH.
Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat Telp. 021.4261088 pes. 134, 021.4244375,
021. 4259860, Fax. 021. 4245386 melalui pengangkutan jasa transport yang
ditunjuk dalam keadaan terjamin baik. Frekuensi pengiriman disesuaikan dengan
situasi dan kondisi laboratorium setempat dengan memperhatikan keamanan
spesimen. Penyerahan ke Puslitbang BMF Balitbangkes menggunakan formulir
pengiriman dan penerimaan bahan/ spesimen yang diisi lengkap, dicap dan
ditandatangani, harus jelas berapa jumlah dan kondisi spesimen serta jumlah
form hasil pemeriksaan glukosa darah dan darah rutin. viii. Hasil pemeriksaan
serum glukosa darah dan darah rutin yang diperiksa dengan alat otomatis, semi
otomatis atau manual selain diberikan kepada responden, laboratorium Puslitbang
BMF Balitbangkes, arsip laboratorium, juga dikirimkan ke Penanggung Jawab
Operasional Kabupaten/ Kota bersama formulir pengiriman spesimen. c. Waktu
pengiriman spesimen Dari laboratorium daerah ke lab. Puslitbang BMF
Balitbangkes atau ke titik-antara (Labkesda/Lab RS Prov) dengan menggunakan ice
pack gel maksimal 2 – 3 hari. Untuk yang > 3 hari dititip sementara dalam
referigerator/ kulkas suhu 2–80C di
Labkesda/
Lab RS di ibukota provinsi.
Pengiriman
spesimen dilanjutkan sesegera mungkin (maksimal dititip 2 hari) ke Lab.
Puslitbang
BMF Balitbangkes setelah icepack gel diganti dengan yang baru
Jumlah hari
pengiriman spesimen dari laboratorium daerah sampai ke Lab. Puslitbang
BMF
Balitbangkes maksimal 7 hari
Bagi
laboratorium daerah yang waktu pengiriman spesimen ke labkesda/lab RS di ibu
kota
provinsi > 3 hari, pengiriman spesimen darah menggunakan dry zhipper.
d.
Sistematika Pemberian Nomor Kode Spesimen
Nomor Stiker
Darah disediakan oleh Balitbangkes. Tempelan stiker jangan sampai
hilang/
terlepas, karena merupakan tanda pengenal untuk responden. Jumlah stiker 23
buah/
responden terdiri dari: yangditempelkan pada kuesioner individu /RKD07.IND (1
buah), form
penghubung (3 buah), informed consent (3 buah) dan keperluan
laboratorium
(16 buah). Stiker nomor yang ditempelkan untuk masing-masing
spesimen
(tabung, cryovial, slide, filter FTA) dan form hasil pemeriksaan, harus sama
dengan nomor
stiker yang terdapat pada kuesioner RKD07.IND, informed consent dan
form
penghubung. Tempelkan juga stiker L untuk laki-laki dan P untuk perempuan
pada
masing-masing spesimen. Stiker nomor dibagi oleh PJO kabupaten/kota
bersama PJT.
TEKNIS
PELAKSANAAN PENGAMBILAN DAN PENGELOLAAN SPESIMEN
DARAH
Pengambilan
darah dilakukan di laboratorium RS/ Labkesda/ Laboratorium Swasta
yang
ditunjuk dan telah ditentukan dengan mempertimbangkan standarisasi dan
kebersihan
lingkungan tempat tersebut. Petugas pengambil darah harus mempunyai
pengalaman
dalam mengambil darah balita. Responden dewasa akan diambil
darahnya sebanyak
15 ml, wanita hamil 5 ml, anak 5 ml, dan balita 5 ml.
1.
Perlengkapan lapangan:
a. Paket
pengambilan darah dan persiapan kegiatan:
1) Alkohol
pads
2) Torniquet
3) Plester
luka
4) Sarung
tangan
5)
Vacutainer 5 ml (anak, dewasa) dan 10 ml (dewasa), vacutainer EDTA
untuk darah
1,5 ml dan 0,5 ml
6) Rak
vacutainer yang sesuai ukuran
7) Jarum #
21G /23 G
8) Wing
needle 25G
9) Transfer
pipet
10) Kaca
obyek berlabel (slide), 2 buah.
11) Kotak
slide
12) Label
untuk catatan waktu (penentuan waktu pengambilan darah 2 jam
setelah
pembebanan)
13) Balpoint
14) Kertas
filter FTA
15) Plastik
klips kecil (5 x 10 cm)
16) Plastik
klips besar (ukuran kwarto)
17) Kantong
Plastik Jumbo (60 x 90 cm)
18) Silica
gel
19) Methanol
20) Glukosa
75 g/bungkus
21) Sendok
pengaduk
22) Air 250
ml, gelas plastik 300 ml
23) Essence
rasa jeruk
24) Suplemen
makanan (untuk penderita DM)
25) Stiker
nomor biomedis: 16 buah/ responden (sesuai jumlah tabung darah
dan form
hasil lab), tempelan stiker l untuk laki-laki (8 buah) dan p untuk
perempuan (8
buah)
26)
Cryovials
27) Kotak
cryovial
28) Kantong
sampah/ limbah 2 macam
29) Kotak
kedaruratan medik berisi ammonia, adrenalin, insulin generik, infus
set dan
cairan infus NaCl kolf, jarum suntik, kapas, alkohol (milik RS/
Labkesda/
Swasta)
30)
Tensimeter dan stetoskop (milik Lab. RS/ Labkesda/ Swasta).
31) Gunting
32) Stappler
dan isinya
33) Menerima
form penghubung
34) Menerima
Informed consent yang telah ditandatangani (pertinggal di lab)
35)
Lain-lain: Biaya transportasi p.p Rp. 35.000/ responden dan konsumsi
makanan Rp.
5000/ responden.
36) Daftar
nama dan tanda tangan penerima konsumsi dan transport
b. Paket
proses, penyimpanan dan pengemasan spesimen darah di
laboratorium
1) Alat
pemeriksaan glukosa darah otomatis dan hematologi otomatis (telah
tersedia)
2) Larutan
giemsa
3) Tissue
paper
4) Rak
tabung cryovial
5) Rak
tabung vacutainer
6) Log book
7) Form
hasil laboratorium glukosa darah dan darah rutin (4 rangkap)
8) Ice pack
gel gepeng
9) Cool box
ukuran 30 liter
10) Kertas
label
11) Lakban
12) Parafilm
13) Kertas
tissue gulung
14) Spidol
marker permanen
15)
Termometer (untuk ditaruh dalam cool box)
16) Dry
zhipper bila pengiriman spesimen darah > 3 hari
2. Tata
kerja tim laboratorium daerah untuk responden dewasa
a.
Persiapan:
1) Pembuatan
petunjuk lokasi pengambilan darah
2) Periksa
kelengkapan pembebanan glukosa
3) Periksa
kelengkapan paket pengambilan darah
4) Periksa
kelengkapan proses, paket pengemasan dan pengiriman
b.
Konfirmasi responden
1) Periksa
form penghubung dan informed consent dari responden yang
didapat dari
tim pewawancara/ petugas lapangan
2) Periksa
nama responden sesuai daftar sampel
3) Periksa
tanda tangan informed consent
4) Responden
puasa atau tidak (catat jam terakhir makan pada form hasil
pemeriksaan
glukosa darah dan darah rutin)
5) Responden
DM atau tidak
6) Responden
hamil atau tidak
c. Penentuan
responden inklusi dan eksklusi(konfirmasi) oleh dokter yang
bertugas di
laboratorium daerah
d.
Pembebanan glukosa
1) Pasien
usia > 15 tahun (kecuali wanita hamil) puasa minimal 10 jam,
maksimal 14
jam.
2)
Pembebanan glukosa 75 gram diberikan pada semua responden yang
terpilih
untuk pemeriksaan glukosa darah, kecuali responden yang memang
diketahui
positif DM (harap ditandai/ diberi tanda silang berpenyakit DM pada
form hasil
pemeriksaan, untuk mencegah hilangnya kasus akibat pengaruh
obat
diabetes yang diminum subyek, yang dapat menormalkan kadar gula
darahnya).
3) Bagi
responden yang telah diketahui menderita DM atau yang mempunyai
gejala DM
yang jelas, diberi suplemen makanan 300 kalori
4) Sediakan
75 gram glukosa anhidrat/ satu kantong plastik kecil dan air 250 ml.
Masukkan 75
gram glukosa tersebut dalam gelas yang berukuran 300 ml,
larutkan
dengan air kira-kira 1/3 gelas, aduk secara merata. Tambahkan
semua sisa air
ke dalam gelas sambil diaduk sehingga glukosa larut
semuanya.
Teteskan essence kira-kira 2 tetes, dan selanjutnya minuman
diminum
habis oleh responden dewasa dalam waktu 5 menit.
5) Tempelkan
stiker waktu pengambilan darah 2 jam setelah pembebanan
6) Responden
diminta beristirahat, tidak boleh makan dan merokok.
7) Darah
diambil 2 jam setelah responden minum glukosa atau suplemen
makanan.
e.
Pengambilan darah
1) Pasang
stiker nomor pada tabung dan slide sebelum pengambilan darah
sesuai nomor
stiker responden pada form penghubung. Juga tempelkan L
untuk
laki-laki dan P untuk perempuan
2) Darah
diambil dari vena cubiti. Periksalah lebih dahulu mana yang lebih baik,
yang kiri
atau kanan
3) Pasangkan
torniquet pada lengan atas .
4) Usap
daerah cubiti dengan alkohol pad, tunggu sampai kering.
5) Ambil
darah 15 ml dengan jarum 21G/ 23 G menggunakan vacutainer 10 ml
dan 5 ml
f.
Pengelolaan spesimen
1) Teteskan
darah pada:
�� Slide �� buat apusan darah tebal dan tipis dalam satu slide.
Buat duplo
dan biarkan kering
dulu. Hapusan tipis difiksasi dengan metanol setelah
darah
kering. Perhatikan, metanol JANGAN terkena ke sediaan tebal.
Pengerjaan
fiksasi sediaan apus tipis harus segera dilakukan dalam
waktu < 2
jam. Setelah difiksasi dan ditunggu hingga kering, diberi
pewarnaan
Giemsa (lihat prosedur pewarnaan giemsa)
�� Filter FTA/kertas saring (duplo).
Keringkan dalam suhu kamar, jangan
sampai
dihinggapi lalat atau semut.
2) Masukkan
darah ke dalam :
�� Tabung EDTA darah 0,5 ml: untuk
pemeriksaan darah rutin < 12 jam
�� Tabung EDTA darah 1,5 ml:
Tabung EDTA
dibolak-balik perlahan-lahan beberapa kali sehingga
darah
tercampur baik (jangan dikocok keras-keras untuk mencegah
hemolisis)
Tabung-tabung diletakkan di rak dan masukkan ke dalam
referigerator
2 – 80 C dalam posisi tegak.
�� Sisa darah ± 10 ml dalam tabung
vacutainer non EDTA, didiamkan
selama 30
menit, sebelum 1 jam sejak saat pengambilan darah,
disentrifuge
dan serum diambil 300 – 500 ul (masukkan dalam cryovial)
untuk
pemeriksaan glukosa darah < 2 jam dan sisanya dibagi ke dalam
3 cryovial.
Clot dimasukkan dalam cryovial. Tabung-tabung diletakkan di
rak dan
masukkan ke dalam referigerator 2 – 80 C dalam posisi tegak.
Catatan:
Sebelum melakukan pemeriksaan darah rutin dan glukosa darah
petugas
laboratorium melakukan Quality Control internal untuk ke dua alat
pemeriksaan
tersebut.
Prosedur
pewarnaan giemsa
Setelah
sediaan apus tipis difiksasi dengan metanol, dibuat pengenceran
giemsa. Ada
3 cara:
- Pembuatan
larutan giemsa 5% (1 : 20). 1 (satu) bagian giemsa + 19
bagian
aquades. Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 5 % selama
30 – 45
menit.
- Pembuatan
larutan giemsa 10% (1 : 10). 1 (satu) bagian giemsa + 9
bagian
aquades. Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 10 % selama
20 – 25
menit.
- Pembuatan
larutan giemsa 20% (1 : 5). 1 (satu) bagian giemsa + 4 bagian
aquades.
Lakukan pewarnaan dengan larutan giemsa 20 % selama10-15
menit.
g.
Penyimpanan Spesimen Darah Sementara
Bila
spesimen darah yang telah diambil dan telah diproses tidak bisa langsung
dikirimkan
ke Puslitbang BMF Balitbangkes Depkes, maka spesimen perlu
disimpan
sementara sebagai berikut:
1) Siapkan
bahan-bahan yang akan disimpan: serum, darah EDTA, FTA,
slide, clot,
form hasil pemeriksaan
2) Kertas
filter FTA setelah kering dari masing-masing responden dimasukkan
ke dalam
plastik klip kecil dan diberi silica gel. Satukan semua filter tersebut
ke dalam
plastik klip besar
3) Slide
dimasukkan kedalam kotak slide, diganjal dengan tissue, kemudian
kotak slide
diberi lakban serta ditulis rekap nomor spesimen pada kertas
label yang
ditempel di kotak
4) FTA dan
slide disimpan dalam temperatur kamar.
5) Darah
EDTA dimasukkan ke dalam lemari es suhu 2–8 0C
6) Clot,
Serum cryovial (disusun dalam kotak cryovial), dimasukkan kedalam
lemari es
suhu 2–8 0C (hanya tahan < 2 hari)
7) Informed
consent pertinggal di laboratorium.
h.
Pengemasan dan Pengiriman
1. Siapkan
bahan-bahan yang akan dikirim: serum, darah EDTA, FTA, slide,
clot, form
hasil pemeriksaan
2. FTA dan
slide yang telah ditempeli rekapitulasi spesimen, disimpan dalam
temperatur
kamar.
3. Darah
EDTA dimasukkan ke dalam kotak tabung EDTA.
Clot, serum
cryovial dimasukkan ke dalam kotak cryovial. Kedua kotak
dimasukkan
ke dalam cool box ukuran 30 liter dan diberikan ice pack gel
gepeng
sebanyak 10 buah. Susunlah sedemikian rupa sehingga spesimen
berada
ditengah-tengah ice pack gel gepeng.
4. Masukkan
cool box tersebut ke dalam kotak kardus.
5. Tempelkan
label yang sudah dipersiapkan pada kotak, tulis alamat
pengirim,
jangan terbalik, KILAT dengan perlakuan khusus.
6.
Pengiriman spesimen dilakukan oleh kurir/ angkutan dari laboratorium yang
ditunjuk ke
Laboratorium Puslitbang BMF Balitbangkes menggunakan jasa
transportasi
yang ditunjuk.
7. Form
hasil pemeriksaan glukosa dan darah rutin dikirim bersama spesimen
ke
Puslitbang BMF Balitbangkes, yang selanjutnya akan diteruskan ke
Korwil
masing-masing untuk dientri.
i.
Pencatatan dan pelaporan
1. Mengisi
log book identitas spesimen dan hasil laboratorium glukosa dan
darah rutin
2. Mengisi
Form daftar nama dan tanda tangan penerima bahan kontak dan
transport
3. Mengisi
Form pengiriman jumlah spesimen
3. Tata
kerja Tim Laboratorium Daerah untuk wanita hamil, anak dan balita
a.
Persiapan:
Sama seperti
di atas.
b.
Konfirmasi responden
Sama seperti
di atas kecuali poin ke 4, 5 dan 6
c. Penentuan
responden inklusi oleh dokter tim laboratorium daerah
d.
Pengambilan darah
1) Pasang
stiker nomor pada tabung dan slide sebelum pengambilan darah
sesuai
identitas pasien. Juga tempelkan l untuk laki-laki dan p untuk perempuan
2)
Gendonglah anak menghadap ke orang tua/ penggendong. Usahakan agar
orangtua
tidak melihat ke tempat pengambilan darah
3) Peganglah
lengan anak dengan tenang, usahakan agar anak tidak menangis.
4) Pasangkan
torniquet pada lengan atas .
5) Rabalah
dan amati keberadaan vena. Tentukan lokasi arah vena yang akan
diambil
6) Usap di
daerah cubiti dengan alkohol pad, biarkan sampai mengering.
7) Tusukkan
jarum wing needle sampai masuk ke dalam vena.
8) Setelah
terlihat darah masuk ke dalam pipa karet wing needle, biarkan darah
mengalir
sampai volume vacutainer terisi 5 ml.
9) Letakkan
kapas kering pada lengan tempat jarum ditusukkan ke vena, tekan
kapasnya dan
tariklah secara perlahan wing needlenya.
10)
Pasangkan handyplast di daerah tusukan jarum.
f. Pengelolaan
spesimen
1) Teteskan
darah pada:
�� Slide ��. buat apusan darah tebal dan tipis dalam satu slide.
Buat duplo
dan biarkan
kering dulu. Hapusan tipis difiksasi dengan metanol setelah
darah
kering. Perhatikan, metanol JANGAN terkena ke sediaan tebal.
Pengerjaan
fiksasi sediaan hapus tipis harus segera dilakukan dalam
waktu < 2
jam. Setelah difiksasi dan ditunggu hingga kering, diberi
pewarnaan
Giemsa.
�� Filter FTA/kertas saring (duplo).
Keringkan dalam suhu kamar, jangan
sampai
dihinggapi lalat atau semut.
2) Masukkan
darah ke dalam :
�� Tabung EDTA 0,5 ml: untuk
pemeriksaan darah rutin < 12 jam
�� Tabung EDTA 0,5 ml: untuk marker
�� Tabung EDTA dibolak-balik
perlahan-lahan beberapa kali sehingga darah
tercampur
baik (jangan dikocok keras-keras untuk mencegah hemolisis).
Tabung-tabung
diletakkan di rak dan masukkan ke dalam referigerator 2 –
80 C dalam
posisi tegak.
�� Sisanya ± 3 ml dalam tabung
vacutainer non EDTA, didiamkan selama 30
menit,
sebelum 1 jam sejak saat pengambilan darah dilakukan sentrifuge
dan serum
dibagi ke dalam 2 cryovial. Clot dimasukkan dalam cryovial.
Simpan
sementara dalam referigerator 2 – 80 C dalam posisi tegak.
g.
Penyimpanan spesimen darah sementara
Sama seperti
di atas
h.
Pengemasan dan Pengiriman
Sama seperti
di atas
i.
Pencatatan dan pelaporan
Sama seperti
di atas
Catatan:
�� Informed consent sebagai arsip di
laboratorium daerah.
�� Form hasil pemeriksaan glukosa
darah dan darah rutin yang telah diisi
lengkap dari
laboratorium daerah dikirim ke Laboratorium Puslitbang BMF
Balitbangkes,
selanjutnya diteruskan ke korwil masing-masing untuk dientri
�� Pengiriman spesimen dilakukan
melalui kurir/ angkutan dari laboratorium
kabupaten ke
Laboratorium Puslitbang BMF Balitbangkes.
�� Pengiriman spesimen dapat dilakukan
setiap hari.
2. SALURAN KEMIH
2. SALURAN KEMIH
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.1
Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.1
Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1
Urin Porsi
Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1
Cara
pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1
Bahan urin
harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri
yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada
saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2
Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima
lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas,
seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila
pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama
tidak lebih dari 24 jam.1
Pemeriksaan
Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.5
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.5
Pemeriksaan
Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.5,6
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.5,7
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.5,6
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.5,7
Pemeriksaan
Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.1,5
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.1,5
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
3. SALURAN
NAFAS
Pengambilan
sampel sputum
A.
Pengertian
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
B. Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
• Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau asluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
• sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
• Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
• Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
• Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
• sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
• Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
• Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
C. Pengambilan Sputum
1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
• Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang
• Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan
membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur)
• Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita
diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan Alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.
6. Prosedur Tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk (fowler)
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
D. Cara Pengiriman Specimen
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan
data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data
yang harus disertakan, yaitu:
1. Data 1:
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses
direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen,
jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
2. Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir(minimal
3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilan
spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.
Spesimen tidak akan diterima apabila:
- Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang
- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga
bisa diambilsputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan
sebelum pasien menyikat gigi.
Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air
yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur
dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum
dari bronkustrakeamulutwadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw
Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah
air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,
seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.
Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant)
200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum
pengambilan sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
- Aspirasi transtracheal
- Bronchial lavage
- Lung biopsy
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
B. Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
• Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau asluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
• sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
• Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
• Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
• Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
• sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
• Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
• Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
C. Pengambilan Sputum
1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
• Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang
• Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan
membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur)
• Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita
diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan Alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan
sputum.
6. Prosedur Tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk (fowler)
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
D. Cara Pengiriman Specimen
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan
data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data
yang harus disertakan, yaitu:
1. Data 1:
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses
direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen,
jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
2. Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir(minimal
3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilan
spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.
Spesimen tidak akan diterima apabila:
- Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang
- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga
bisa diambilsputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan
sebelum pasien menyikat gigi.
Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air
yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur
dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum
dari bronkustrakeamulutwadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw
Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah
air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,
seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.
Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant)
200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum
pengambilan sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
- Aspirasi transtracheal
- Bronchial lavage
- Lung biopsy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar